Hari ini tepat 137 tahun yang lalu, seorang perempuan bernama Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah. Terlahir dari keluarga bangsawan membuat Kartini bisa menempuh pendidikan yang lebih baik dibandingan dengan anak-anak perempuan seusianya saat itu. Sepanjang hidupnya, ia banyak menghabiskan waktunya untuk membaca beragam buku dan menulis surat untuk teman-temannya di Eropa. Dalam surat yang kemudian dibukukan oleh Mr.J.H. Abendanon dan diterjemahkan menjadi buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ itu, tertuang pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya itu berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang ia pandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Ia ingin perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk menuntut ilmu dan belajar.
Meskipun pada akhirnya Kartini harus menuruti keinginan orangtuanya untuk menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang sudah memiliki tiga orang istri, semangatnya untuk memperjuangkan pemikiran-pemikirannya tidak memudar. Kartini menikah dengan Bupati Rembang pada tanggal 12 November 1903 dan ia didukung oleh suaminya untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini dikenal sebagai Gedung Pramuka. Sayangnya, Kartini tidak sempat melanjutkan perjuangannya karena ia meninggal pada 17 September 1904 (usia 25 tahun), 4 hari setelah melahirkan putranya, Soesalit Djojoadhiningrat. Penyebab kematiannya pun masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Namun, berkat kegigihannya semasa hidup, pada tahun 1912 didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang dan kemudian menyusul di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah Sekolah Kartini. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Kemudian pada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini sebagai hari besar yang diperingati setiap tahun.
Hingga saat ini penetapan Kartini sebagai Pahlawan Nasional masih menjadi perdebatan karena masih banyaknya pahlawan wanita yang lebih berpengaruh bahkan hingga berani memanggul senjata untuk melawan penjajah,tapi tidak diperingati hari kelahirannya. Namun terlepas dari segala kontroversi tentang kehidupan, kematian, serta sumbangsih Kartini terhadap kemajuan perempuan Indonesia, tidak ada salahnya jika kita tetap menghargai setiap pemikiran-pemikirannya dan juga melanjutkan perjuangannya yang belum sempat ia selesaikan.
Dikutip dari : Wikipedia Indonesia
Sumber foto : weebeedreaming.com
Air Minum Quelle – Freshness Everyday
Informasi dan Pemesanan Hubungi
Telp : (0254)315003 / 085107094222
Email : kdtquelle@gmail.com